Resence by: Fransiskan Papua
Identitas Film
Judul : Jembatan Pensil
Produksi : Grahandhika Visual
Produser Eksekutif : La Ode Haerun Ghowe
Produser : Tyas Abiyoga
Produser Pelaksana : Rahmat Suardi
Sutradara : Hasto Broto
Penulis Skenario : Exan Zen
Judul : Jembatan Pensil
Produksi : Grahandhika Visual
Produser Eksekutif : La Ode Haerun Ghowe
Produser : Tyas Abiyoga
Produser Pelaksana : Rahmat Suardi
Sutradara : Hasto Broto
Penulis Skenario : Exan Zen
Pemain :
Anak-anak :
Didi Mulya : Ondeng
Azka Marzuki : Azka
Permata Jingga : Yanti
Nayla D. Purnama: Nia
Angger Bayu : Inal
Vickram Priyono : Attar
Anak-anak :
Didi Mulya : Ondeng
Azka Marzuki : Azka
Permata Jingga : Yanti
Nayla D. Purnama: Nia
Angger Bayu : Inal
Vickram Priyono : Attar
Dewasa :
Kevin Julio : Gading
Andi Bersama : Pak Guru
Alisia Rininta : Bu Aida
Meriam Bellina : Ibu Farida
Agung Saga : Arman
Kevin Julio : Gading
Andi Bersama : Pak Guru
Alisia Rininta : Bu Aida
Meriam Bellina : Ibu Farida
Agung Saga : Arman
Sinopsis
Film Jembatan Pensil ini menceritakan
kisah masyarakat di Sulawesi Tenggara tepatnya di Kab. Muna, cerita yang
diangkat adalah anak-anak yang belum bisa mendapatkan pendidikan dengan
layak. Tentang cita-cita, persahabatan, dan perjuangan. Tokoh-tokoh
yang dimunculkan mewakili karakter masyarakat dengan keseharian sebagai
nelayan, penenun, pemecah Batu dan juga beternak sapi/kuda.
Setiap pagi anak-anak berangkat menuju
sekolah ditepi pantai yang hanya beralaskan pasir pantai tanpa adanya
tembok atau ubin, dengan jarak yang cukup jauh beberapa anak harus
melewati bukit dan sungai untuk sampai di SD Towea tempat mereka
bersekolah.
Adalah terdapat 5 orang sahabat
Ondeng, Inal, Azka, Yanti, dan Nia yang selalu bermain bersama dan juga
saling tolong-menolong. Ondeng yang mempunyai keterbelakangan mental
serta inal yang tidak bisa melihat tetap diperbolehkan untuk bersekolah
meskipun mereka tidak bisa mengikuti pelajaran dengan baik.
Setiap pagi ondeng selalu menunggu
teman-temannya saat menyebrangi sungai melewati jembatan yang sudah
lapuk, untuk memastikan bahwa teman-temannya menyebrang dengan selamat.
Meskipun ondeng memiliki keterbelakangan mental tetapi hatinya baik dan
dia juga pintar menggambar.
Kabar baik dari Pak guru disekolah adalah akan ada guru baru yaitu Bu
Aida yang datang dari Jakarta, Bu aida ini adalah Putri dari pak guru
yang sudah menyelesaikan kuliahnya dijakarta.
Bu Aida yang ikut mengajar di SD Towea
sering mengajak anak-anak untuk belajar di alam terbuka seperti di
bukit dan gua, Gading pun sering ikut menemani mereka dan menjelaskan
sejarah-sejarah tempat tersebut. Dengan keterbatasannya apakah ondeng
bisa mewujudkan cita-citanya membangun jembatan untuk teman-temannya?
Bagaimana selanjutnya kisah persahabatan mereka berlima?
Setelah menonton film jembatan pensil ini, menurutku film ini memang
cocok banget untuk tontonan keluarga, para orangtua bisa mengajak
anak-anak untuk menonton film ini dan banyak banget pelajaran yang bisa
diambil. Kita juga akan disuguhkan pemandangan yang sangat menakjubkan
di kab. Muna, berupa pantai, laut, bukit dan juga gua-gua yang belum
banyak terekspose oleh masyarakat umum.
Sayangnya karakter anak-anak difilm ini kurang dimaksimalkan, masih
banyakan adegan para orang dewasanya, padahal aku yakin anak-anak ini
adalah point of interest dari film. Tapi akting tante mer dan Kevin
julio Bagus kok, akting tante mer dapet banget saat jadi bu farida dang
juragan tenun dan aku suka karakter pak guru di film ini, mengingatkan
pada sosok umar bakri sang legend.
Komentar
Posting Komentar